Untuk mengatasi masalah kecernaan
Bungkil Sawit ( Palm Kernell Meal) yang rendah, perlu dilakukan upaya
peningkatan kecernaan bungkil kelapa sawit dengan penambahan enzim
(selulase, xylanase, amilase, protease, dan phytase) sehingga nutrisi
dalam Bungkil Sawit ( Palm Kernell Meal) dapat dimaksimalkan. Selain
itu, dapat juga dilakukan fermentasi substrat padat menggunakan mikrob
penghasil protease dan karbohidratase, seperti Rhizopus oligosporus,
Aspergillus niger atau Eupenicilium javanicum. Kapang ini dapat
menurunkan kadar serat kasar dan neutral detergent fiber. Selain itu,
pada fermentasi Bungkil Sawit ( Palm Kernell Meal) dengan kapang,
dihasilkan peningkatan kecernaan protein dan karbohidrat. Adapun
pertumbuhan kapang dalam fermentasi ini dipengaruhi oleh kadar air, di
mana kadar air optimum sekitar 40-60%. Dengan demikian, diharapkan bahan
pakan yang dihasilkan dalam jumlah besar dan berkualitas
.
.
Bungkil Sawit ( Palm Kernell Meal) biasanya dapat diberikan sebesar 30% dalam pakan ternak. Namun, menurut Batubara et al. (1993) bungkil inti sawit dapat digunakan sampai sebesar 40% dalam konsentrat untuk penggemukan ternak yang ditambah dengan 20% molases. Pakan yang hanya terdiri atas 75% bungkil inti sawit dan 25% molases dapat diberikan untuk pakan ternak dan akan menghasilkan daya cerna sebesar 82,6%, hal tersebut tidak berbeda nyata dengan daya cerna pakan konsentrat kualitas tinggi yaitu sebesar 84,3%, sedangkan tanpa molases hanya 77,8%.[6]Dalam pakan tambahan untuk ternak yang mengandung bungkil inti sawit sampai 55,5%, molases digunakan sampai 7,50% dan menghasilkan pertambahan bobot hidup yang sama dengan konsentrat komersial. Berdasarkan penelitian yang menggunakan bungkil inti sawit sebanyak 30% ditambah molases 3,25% dan bahan lainnya pada ternak, hasilnya dapat menyamai bila ternak tersebut diberikan pakan konvensional.
terimakasih atas info ny....
ReplyDeleteSama sama,jika mas ingin bertanya tanya mengenai info tentang bungkil silah kn mas,...
ReplyDelete